Demi menggencarkan sosialisasi Pemberikan Makan Bayi dan Anak (PMBA) Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Daerah Kalimantan Barat menggandeng kader posyandu dibeberapa kecamatan di Kota Pontianak.


Koordinator Program Kampung PMBA yang juga menjabat sebagai Ketua AIMI Kalbar, Aditya Galih Mastika, S.E menjelaskan bahwa program sosialisasi PMBA ini sudah mulai dijajaki AIMI Kalbar sejak tahun 2019 sebagai upaya penanggulangan stunting di wilayah Kalbar umumnya dan Kota Pontianak khususnya sebagai salah satu kota dengan predikat Kota Layak Anak (KLA). 


Program pertama kali diluncurkan di wilayah Kecamatan Pontianak Selatan, AIMI Kalbar bekerjasama dengan UPT Puskesmas Pontianak Selatan menggandeng kader-kader posyandu di wilayah binaan puskesmas tersebut. Hasilnya, sudah ada 15 posyandu di wilayah UPT Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan yang menjadi patner kerja.


Mulai pertengahan tahun 2022 ini, AIMI Kalbar kembali menggandeng dua UPT Puskesmas yakni Puskesmas Karya Mulya Kecamatan Pontianak Kota dan UPT Puskesmas Komyos di Kecamatan Pontianak Barat. Dengan enam posyandu binaan dari dua puskesmas tersebut. 


Program sosialisasi PMBA tersebut dimulai selama 21 hari kedepan. Hal ini sebagai upaya untuk mengubah pola pikir dan kebiasaan masyarakat dalam pemberian makan anak. Sehingga tercipta suatu adaptasi kebiasaan baru dari pembelajaran PMBA yang diberikan oleh AIMI Kalbar. Dengan begitu, penuntasan dan keberhasilan program penanggulangan stunting di wilayah Kota Pontianak dapat segera terwujud.


Berdasarkan hasil penelitian tahun 2018, Indonesia termasuk salah satu dari 17 negara dari 117 negara dengan masalah gizi tinggi pada balita. Dalam penanggulangannya, 1000 hari  pertama kehidupan menjadi periode emas, periode kritis serta periode sensitive masa tumbuh kembang manusia. Untuk itulah 1000 hari pertama kehidupan dimulai sejak hamil hingga usia 2 tahun dijadikan sebagai waktu terbaik untuk perbaikan.


Penanganan masalah gizi merupakan upaya lintas sektor  untuk mengatasi penyebab langsung, tidak langsung, dan akar masalah melalui upaya intervensi spesifik dan intervensi sensitif. AIMI Kalbar hadir dalam dua sektor tersebut sebagai penyeimbang. Melakukan gerakan intervensi spesifik melalui gerakan ASI eksklusif 0-6 bulan pertama, dan melanjutkan ASI hingga usia anak 2 tahun dengan kontribusi sekitar 30 persen masuk  melalui pembukaan kelas-kelas edukasi dan sosialisasi kepada ibu muda serta keluarga untuk program ASI Eksklusif. Kemudian untuk intervensi sensitif, AIMI Kalbar masuk dengan kontribusi lebih banyak lagi dengan melakukan kegiatan dan upaya-upaya nyata melalui pembentukan kampung PMBA di beberapa titik bekerjasama dengan kader posyandu setempat. Jika di total sejak peluncuran pertama program sosialisasi PMBA ini, sudah ada 26 posyandu binaan AIMI Kalbar ditiga kecamatan. 



Melalui PMBA ini, AIMI Kalbar berharap kepada para kader-kader posyandu binaan mempunyai pengetahuan tentang ASI eksklusif dan MP-ASI serta ketrampilan pemantauan pertumbuhan dan ketrampilan memberikan konseling. Peranan tenaga kader posyandu sangat besar terhadap keberhasilan Pemberian makan bayi dan Anak (PMBA), peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas makanan bayi dan anak  yang akan meningkatkan status gizi balita. Untuk ibu yang ikut diharapkan memiliki pengetahuan tentang Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), agar mampu memberikan ASI eksklusif dan menyiapkan MP-ASI yang sesuai di masing-masing keluarga.


Dalam prakteknya, kader posyandu binaan sebelum terjun ke lapangan dibekali dengan pelatihan pemberian makan bayi dan anak selama tiga hari. Hal ini dilakukan untuk  membekali mereka dengan pengetahuan, keterampilan dan alat untuk mendukung ibu, ayah dan pengasuh. (*)


(Media Baru TVRI Kalbar)