Budaya bercocok tanam padi khususnya pada masyarakat dayak, memiliki tahapan-tahapan yang masih memegang teguh adat istiadat. Mulai dari balalak atau basamsam sebagai tanda ingin memulai musim tanam, masa perawatan tanaman hingga masa panen tetap melaksanakan ritual. Hal itu dilakukan dalam setiap tahapan bertujuan untuk meminta berkat dari Jubata atau Tuhan agar tanaman padi dapat menghasilkan panen yang melimpah. Dan tradisi menanam padi dilakukan secara bersama-sama oleh warga desa dan masih menganut pola gotong royong.


Menanam padi di daerah pegunungan masih banyak dijumpai pada wilayah Kecamatan Sungai Betung, Kabupaten Bengkayang. Sama halnya di Kecamatan Siding yang memang memiliki topografi berbukit dan lembah.

Kondisi itu membuat masyarakat disekitar Gunung Bawang, tepatnya di Desa Cipta Karya banyak yang menanam padi pada lereng pegunungan.



Menanam padi atau membuka ladang pada lereng perbukitan tentunya memerlukan tenaga ekstra. Karena ladang yang diusahakan cukup tinggi untuk mendakinya.

Namun bagi masyarakat dayak hal itu sudah biasa, karena rata-rata lahan pertanian mereka berada di wilayah dataran tinggi.



Saat berkunjung ke salah satu ladang padi warga di Desa Cipta Karya yang sedang melalukan panen, terlihat buah padi yang dipanen cukup baik. Tapi jika dilihat dari varietas padi yang ditanam bervariasi sesuai dengan pilihan pemiliknya.

Ada hal menarik jika berkunjung ke ladang diatas perbukitan. Karena ketika kita sampai pada puncaknya akan disuguhkan pemandangan alam yang indah dari ketinggian. Selain melihat suburnya tanaman padi yang menguning dan siap dipanen, kita juga berkesempatan menikmati anugrah Tuhan yang sangat eksotis.



Bersamaan dengan tibanya masa panen tersebut, warga Desa Cipta Karya atau masyarakat Dayak umumnya telah merencanakan pelaksanaan ucapan syukur yang disebut denga pesta panen atau biasa dikenal dengan istilah Gawai Panen.

Gawai ini adalah sebagai tanda ditutup tahun tanam dengan mengucap syukur atas hasil panen melimpah.

Tradisi itu hingga sekarang masih lestari dan tidak luntur dalam peradaban kehidupan suku Dayak.


Penulis : Darius Tarigan
(Media Baru TVRI Kalbar)